Rabu, 25 Januari 2012

Tentang Sakit Hati

 

Maklum lah ya, kalau tidur ga nyenyak, risih dan kebangun tengah malam itu sesuatu banget. bikin perasaan juga ikut ga enak dan gundah gulana..asekk. Sebenernya ga ada niatan buat curhat di tulisan ini, tepatnya aku sedang lumayan bahagia..yeah, at least lg stabil ga lagi sakit hati atau semacamnya.

Tapi tetep, aku pengen bahas ini karena kadang penyebab sakit hati bukan hanya karena diri kita disakiti atau dikecewakan. Kadang sakit hati itu datang saat kita melihat orang lain tersakiti even itu bukan teman atau saudaya buyutnya nenek teman kita..halah!

Menurut aku semua orang berhak untuk tidak disakiti hatinya (baca:bahagia). Karenanya orang dibekali ego yang tugasnya sebisa mungkin untuk menjaga pemiliknya dari sakit hati. Ego berguna banget ya, selama kita menjaganya untuk tetap adil dalam bekerja. Bayangin kalau ga punya ego samasekali, ga kebayang gimana mudahnya untuk kita diperlakukan tidak adil oleh sesama manusia.

Ada pepatah yang bilang kalau kebahagiaan itu pilihan! Saat ditimpakan musibah, kita bisa memilih untuk menganggapnya sebagai kepedihan atau kebahagiaan karena kita memandang positif suatu peristiwa dan yakin akan hikmah yang terkandung di dalamnya..sadap..

Beruntunglah orang-orang dewasa yang mungkin bisa dengan mudahnya take easy dengan satu permasalahan. Tetapi pada kenyataannya kita sebagai manusia tentu punya patokan ketabahan sendiri-sendiri. Ada orang yang sukses mengendalikan perasaannya saat dikhianati, namun ada orang yang sudah mencak-mencak bahkan cuma saat terlambat dijemput oleh pasangan.

hahah, kenapa samplenya jadi cinta-cintaan..yahh, ketahuan! sebenarnya tulisan ini memang ga jauh-jauh dari itu, tentang pengkhianatan, putus cinta..disakiti, dikecewakan...
Berhubung artikel ini aku yang nulis (haha, tetep ga mau dibilang curhat), baiklah jadi standar sakit hati yang akan dibahas disini adalah dari standar aku pribadi, buat yang baca diharap menambah penyesuaian2 pribadi..:D

Akhir-akhir ini entah kenapa aku jadi ngeh kalau dalam hubungan itu fondasi utamanya adalah komitmen, bukan cinta! Cinta seharusnya proses awal yang seiring perjalanan waktu akan habis ATAU bertambah kuat dan tring berubah jadi komitmen. Jadi bisa dikatakan komitmen itu adalah tahap akhir dari perasaan cinta yang diracik dengan kedewasaan di dalamnya (kalimat mantap jaya!)

Adalah mungkin pernyataan diatas sudah lama dipahami oleh orang banyak. Bahkan bisa dengan mudah kita temukan saat searching artikel-artikel tentang cinta. Tapi pernyataan itu menjadi penting karena aku pribadi berhasil menyimpulkannya dengan perjalanan yang amat sangat teramat panjang sodara-sodara. Bukan hal yang mudah untuk aku menyadari makna komitmen. Bisa dibilang istilah komitmen baru hadir diotakku setahun belakangan ini (terimakasihh untuk seseorang yg mengajarkanku kedewasaan :) )

Lantas apa hubungannya?knapa lama amat ini tulisan ga punya poin! haha, sabar-sabar emang yang nulisnya lg dodol sok filsuf ni. Komitmen dan sakit hati..menulis ini aku akan kembali bayangin gimana sakit hatinya orang yang komitmennya diingkari. Jujur, bertahun-tahun yang lewat aku adalah orang yang kerap melakukannya. Ego yang kelewatan membuat aku cuma mikir perasaanku sendiri (jujur amat ya)

Terserahlah kalau tulisan ini mau dibilang pengakuan dosa atau apapun namanya. empati itu memang kadang baru muncul setelah kita sendiri yang (berhasil) merasakan sakitnya pengingkaran akan suatu komitmen. Kembali ke tulisan awal tadi, aku bukan orang yang sedang diingkari komitmennya, tapi tiba-tiba aku merasakan, memikirkan dan menyesali tentang itu.

Pertanyaan ke dalam diriku sendiri, apa yang membuat seseorang berpikir dia berhak mencemari kebahagiaan orang lain dengan mengkhianati komitmen yang telah disepakati? Lagi-lagi aku belum mencapai tahap kedewasaan nirwana, haha, sebut aja gitu, dimana kebahagiaan itu benar-benar lahir dari pilihan kita sendiri. Kebahagiaan yang tidak bergantung atas perlakuan orang lain terhadap kita. Hebat banget ya orang seperti itu, mungkin kalau orang udah pada begitu, timeline atau beranda jejaring sosial bakal sepi dari curhatan-curhatan galaunisasi sakit hati..ouchh. Jawaban dari pertanyaan itu adalah kedewasaan, Kata dosen yg ngasih aku nilai E kedewasaan itu adalah saat kita udah mampu memilih satu dari dua pilihan yang sulit. Tentu saja setelah memilih kita berani bertanggung jawab sepahit apapun konsekuensi pilihan itu.

Pemahaman akan kedewasaan membuat kita mengerti bahwa sejatinya pengkhianatan itu adalah bentuk lain dari ketidakdewasaan. Orang yang belum dewasa akan enggan menerima konsekuensi dari pilihannya. Jadi jelas kenapa hubungan itu memerlukan komitmen. Saat berkomitmen terhadap hubungan, kita mungkin akan lebih ringan melalui masa-masa ilfil terhadap pasangan, kalau-kalau dia menua, membuncit, menjelek dan sebagainya (asal bukan menyelingkuh) haha. menyadari fakta kalau pasangan bla bla bla yang jauh dari ekspektasi kita tidak lagi akan membuat depresi..oh well never take it for granted dalam komitmen.

Baiklah kembali ke sakit hati. Akhir-akhir ini ada beberapa kejadian yang sedikit banyak buat aku mikir gimana kalau aku ada diposisi itu, posisi tersakiti. tentu saja Ego yang tinggi membuat aku sangat memprevent itu (jangan ditiru). Dalam kepala, aku ga pernah bayangin gimana rasanya orang-orang sebut saja wanita yang dicurangi pasangannya. diputuskan sepihak, diselingkuhi, dikhianati..Sering aku dibuat kagum oleh orang-orang yang tetap bisa waras dalam keadaan sedemikian. PENGKHIANATAN ITU SAMA SEKALI TIDAK ADIL! Akankah orang-orang pengkhianat itu menulis pengakuan dosa yang sama seperti yang telah kubuat..entahlah, tulisan emosional yang ga jelas plotnya ini lebih kubuat sebagai reminder. MEMANG kedewasaan itu relatif, tidak hadir beriringan dengan kerentaan kita. tapi setidaknya jangan pernah merugikan orang lain (lagi)atas ketidakdewasaan kita. Kita tidak berhak. Maaf.......................................................(untuk semua..akan hal2 menyakitkan yang pernah ada..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar