Jumat, 11 November 2011

#1 - RASA SAKIT "sebuah artikel untuk sebuah senyuman"

Sementara kita membicarakan kesehatan, mari kita lihat rasa sakit. Jika anda kebetulan bertemu John Brown setelah selama satu jam ia berada di ruang praktek dokter giginya dan anda berkata, "rasa sakit itu nikmat, bukan?" maka John akan mengira anda agak sinting.
Demikian pula setelah jari-jari anda melepuh kena kompor di dapur, anda tentu tdk mengatakan bahwa rasa sakit itu menyenangkan. Tetapi mari kita andaikan bila anda tidak merasa sakit sedikitpun. anda bisa tanpa sadar bersandar pada kompor listrik selama dua puluh menit sampai anda dengan santai berpaling ke tangan anda, yang sudah menjadi toongkat hitam yang terbakar hangus.

Jika secara fisik anda tidak merasa sakit, ketika pulang dari kerja lalu membungkuk akan memakai sandal, anda mungkin berkata dlm hati "wah! kakiku yang sebelah kiri hilang. Pasti terpotong di suatu tempat. Apakah terjepit di lift atau digigit anjing Doberman tetangga sebelah? Pantas tadi siang aku merasa agak aneh sewaktu berjalan."

Rasa sakit fisik memiliki segi positif yang sahih. Rasa sakit senantiasa memberi kita umpan balik tentang apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Betapa memalukannya jika ditengah-tengah acara romantisnya makan malam yang diterangi cahaya lilin kita berkata "Saya tidak bisa menikmati hidangan pencuci mulut, sayang. Lidah saya baru saja tergigit sampai putus."

Jika kita makan terlalu banyak atau kurang tidur atau bagian tubuh kita terlalu lelah atau ada yang patah dan butuh istirahan, sistem alarm otomatis kita yang mengagumkan akan memberi tahu kita. Rasa sakit emosional juga bekerja dengan cara yang sama. Jika kita terluka secara emosional, berarti kita perlu mengubah pendekatan kita atau melihat sesuatu dari sudut pandang lain. Jika kita merasa disakiti, dikecewakan atau ditinggalkan oleh seseorang dalam hidup kita, pesannya mungkin "cintailah mereka yang ada dalam hidup kita tanpa pamrih, terimalah mereka apa adanya dan terimalah apa yang ingin mereka berikan tanpa prasangka apa pun." Kemungkinan lain pesannya adalah "Jangan biarkan tindakan orang lain menghancuurkan harga diri anda."

Jika rumah anda terbakar atau seseorang mencuri mobil anda, anda mungkin akan merasa sedih dan marah. Ini normal dan manusiawi. Jika anda memilih belajar dari peristiwa itu anda mungkin akan menyadari bahwa anda bisa hidup bahagia tanpa terikat dengan benda-benda yang begitu anda sayangi. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kita sebaiknya hidup tanpa rumah dan mobil. Saya menekankan bahwa orang-orang sukses belajar dari pengalaman-pengalaman seperti itu dan menyesuaikan nilai-nilai mereka sehingga seandainya peristiwa-peristiwa yang tdk diharapkan terjadi,dampaknya tdk terlalu menyakitkan.

RANGKUMAN

Rasa sakit membuat kita berkontempelasi: mengubah haluan. Rasa itu mendesak kita untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Jika kita tetap melakukan kebodohan yang sama, kita akan terus-menerus merasa sakit baik emosional dan fisik. Kita mungkin saja berkata, "Seharusnya hal itu tidak menyakitkan, aku tidak mau hal itu menyakitkanku." Tetapii kita toh tetap saja merasa sakit. Beberapa orang berusaha agar tetap sakit dua puluh empat jam sehari, tiga ratus enam puluh lima hari setahun. Mereka tidak pernah menyadari bahwa sudah wktunya mengangkat tangan mereka dari kompor yang menyala..:)

*dikutip dari "BEING HAPPY-ANDREW MATTHEWS"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar