Selasa, 14 Juni 2011

AKU BELUM SHOLAT

malam ini, 5 tahun yang lalu. tak lain dan tak bukan yang kulakukan adalah tergolek di dipan. Tentu saja tanpa tahu apa yang kan terjadi esok pukul 8 pagi. Malam itu lelap, senyap merayap ke liku-liku peradaban warga kutaraja. Angin yang lembap, khas udara peralihan musim menuju penghujan, tentu saja menjadi sponsor utama tidur(baca:mati)ku yang bukan kepalang amboinya.

Tapi paginya, aku dan tentu ribuan pemalas muda lainnya sedikitpun tak mengira, bahwa kami akan dibangunkan dengan alarm terdahsyat sedunia tanpa aba-aba. Tersentak, melonjak. Mengambil langkah seribu aku mencoba lari dari rumahku sendiri. Bukan karena tak suka atau apa. Hanya satu kata penyebabnya: GEMPA!

Tanpa harus bertanya, aku simpulkan sendiri bahwa itu kiamat. Menafikan kata-kata yang berfatwa bahwa kiamat akan di jum'at, atau tanpa sempat melihat keatas untuk mengkoreksi adakah mentari telah dua. Aku yakin saja. Karena LUARBIASA si GEMPA. Hentakannya seperti padi kala diayak dalam tampi. Heboh sekali!

Aku yang bodoh mulai merogoh otakku, berdiri bersama ibu sembari terombang ambing pusing, kutahu ada yang salah dariku. AKU BELUM SHOLAT SUBUH. haha, pikiranku sudah liar saja. Mungkin orang yang mati muda sepertiku tanpa sholat subuh sebelumnya akan lalu tanpa hisab. Mulus dijerumus ke neraka terdalam tanpa salam.
Gempa usai, aku terkulai. ada syukur juga. karena kiamat dipending dan aku masih punya waktu membenahi otakku yang miring. Sedari itu hanya satu tekadku pada kalbu dan ibu, senantiasa sholat tepat waktu. (jera mode on)
Tapi apalacur kini, laiknya dulu, aku lah si pemalas muda yang belum pun jera. Yang tidur kelewat lama. Yang sholat (apalagi subuhnya) entah dimana. hmmmmm parah judulnya.
mesjid raya baiturrahman, banda aceh (Idul Fitri 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar