Selasa, 14 Juni 2011

siapa aku dimata mereka

kalau boleh aku bersendawa. ya, hanya sendawa kecil yang kugaris dari malam yang diam.
malam yang jangkrik pun rupa-rupanya lupa berderik pada alunnya. Aku pada mereka adalah aku yang tak kenal toleransi. aku yang tempramen sepenuhnya. Kadang mudah bagiku untuk culas dan merekatkan topengku erat-erat pada dunia. Tapi aku hampa...dan ketika nun jauh di waktu sana, aku berbalik pada mereka, kuhempaskan topengku sekenanya....kulempar sejauh yang kubisa.
Mempertanyakan keadilanku adalah sia-sia bagi mereka. Seperti mencampakkan topeng, akan kujawab dengan sekenanya, semau perutku saja...
sendawa yang menyakitkan...mengapa topeng yang terlepas justru menghadirkan apa yang disebut ketidakbahagiaan bagi orang-orang yang ku sayangi. Padahal topeng yang indah itu begitu beratnya hingga kala memakai aku ingin cepat-cepat meremuknya...
Mungkin topengku memang lebih indah...sebuah adikarya luhung yang tak ternilai harganya. Yang siapa saja rela mendapatkan bahkan dg berderai jiwa raga. Tapi topeng tidak boleh lebih berkuasa dari penciptanya,iopeng tidak pantas tuk lebih dicintai daripada sang empu yang dg getir menyulam kesempurnannya.
Topeng itu harus kukubur dalam-dalam. Aku harus bisa lebih segala-galanya daripada dia,,,si topeng celaka.
·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar