Selasa, 27 Maret 2012

DEMO BBM DAN APATISME KITA

Tadi pas ngisi bensin di pom, aku berlagak sempetin tanya dulu ke mas petugasnya apa harga bensin udah naik. Ternyata belum, tapi pasti naik mbak, kata masnya. Sebelumnya tadi siang ada teman yang cerita kalau dia pas ngisi di eceran udah naik 500 perak. Kalau ditanya perasaanku tadi? Bodo amat yak, emang gue pikirin! berapa duit sih..cuma naik dikit ini..hahhaaa TAPI kalau ditanya perasaanku yang sekarang, hell, aku sedang ngerasa jadi manusia teregois setanah air. Jangan buru-buru di judge aku lebay terlalu mendramatisir keadaan. Tulisan kali ini aku hanya rindu untuk kita saling mengingatkan dan menganalisa kondisi kita saat ini. Nah untuk bisa memahami tulisan aku kali ini, mungkin kita harus buang jauh-jauh dulu perasaan ayem kita di zona nyaman. Bahasa kasarnya jari tengah untuk apatisme.

Kembali ke alasan perasaan berdosaku tadi, jadi selain obrolan di POM yang ga berarti apa-apa buat aku, di fb dan twitter aku juga liat banyak banget teman-teman yang ribut mengutuk aksi anarkisme mahasiswa dalam demo-demo BBM belakangan ini. Ya, mungkin hampir semua dari kita pernah berpikir tentang itu. Aku juga pernah bahkan sempat ikutan mengutuk dan mengamini semua kutukan dari orang-orang disekitarku *kejam*. 

Ga mungkin dipungkiri, rentetan aksi anarkisme akhir-akhir ini MEMANG "terlihat" sangat mengganggu dan membuat mulut gatal untuk merutuki aksi "bodoh" para mahasiswa tersebut. Walhasil tidak hanya mengutuk, kita pun menjadi antipati dan mengabaikan kejadian-kejadian serupa atau apapun terkait aksi-aksi itu. Terlebih kayak yang terjadi di aku, karena merasa isu kenaikan BBM belum sangat mengancam, uang saku masi sangat lumayan cukup buat beli premium full tank, atau kenaikan harga makanku 3x sehari besok, atau harga-harga kosmetik dan apapun itu yang mungkin ikutan naik 1-2 perak, ditambah pilihan-pilihan lain yang lebih menggiurkan kayak senang-senang dengan teman, online seharian, tidurr...jederrr!!! dengan nyamannya aku berpikir "ah buat apa aku ikut ribut tentang kenaikan BBM"..

Sampai disini aku mau tekankan, kalau diantara kita masih ada yang berpikiran serupa, tolong kemas pikiran itu masukin kresek dan bakar! Terutama kalau kita orang-orang beruntung yang bisa mengecap nikmatnya pendidikan, akses informasi yang terbuka dan apapun yang membuat pikiran kita seharusnya lebih kritis. Sayang banget ya rasanya kalau kita gak pernah mencoba ngeh bahwa bila kita berpredikat mahasiswa atau apapun itu sebagai orang terdidik itu berarti kita memiliki tanggung jawab di pundak kita untuk melindungi jutaan orang diluar sana yang belum beruntung untuk memperoleh pengetahuan yang layak. Hei ayo sadar persentase orang Indonesia yang kuliah itu KECIL!! masak kita masih mau egois dan hidup seenak jidat??

Nah geramnya adalah, udah persentase mahasiswa itu cuma seuprit, eh mahasiswa jaman sekarang contohnya aku malah sibuk sama urusannya masing-masing..yang diributin ya hal-hal kecil macam modem yang lelet, salon yang tutup, cafe ini yang begini, brand itu yang begono...demo anu yang begitu, mawar, kimi, boy/girlband, pocong lagi ngapain, artis ini selingkuh sama anunya......"ga bisa ikut audisi idol nih, jalan tol ketutup pendemo" kata temenku. Sh*t maaaaaaan..pengen teriak!!!!!

Lihat gimana dangkalnya pemikiran kita sebagai mahasiswa saat ini. 'Capek ributin negara, udah ada yang ngurus'..'alah kalo diributin juga ga ada yang berubah'...'itu pendemo ribet amat sih ngapain panas-panasan di jalanan kayak wong sarap?' Pernahh?? apa pernah diantara kita mikir begituan? pernah, aku pernah dan aku menyesal. Membuat aku mikir kalau besok aku mau buat es teh kalau ada yang mau turun ke jalan demo BBM *tetep nyari gampangnya*.

Aku pikir udah ga jamannya lagi kita terus hidup di zona nyaman yang apatis binti pragmatis kita. Secara kita bukan tinggal di negara yang serba beres kayak negara-negara barat yang pemerintahnya ga bermata ijo, sel penjara buat koruptornya gak kayak hotel, anggota dewannya beres godok  undang-undang bukan nonton bokep. Kita hidup di negara yang uncivilized, mau gak mau harus terima itu. Wong di negara yang serba teratur aja civil society masih perlu untuk kontrol pemerintah apalagi di negara cetek kita ini..ya kan? ya kan?

Ini aku minta maaf banget ya tulisannya ngelantur kemana-mana dan marah-marah. aku marah sama diri sendiri sebenarnya :(
Kemarahanku makin menjadi-jadi aja, pas orang-orang yang komentar demo begono-begini, anarkis, mahasiswa ngerusak demokrasi, malu-maluin, demo ga efektif, JUSTRU pas ditanyai so gimana cara salurin aspirasi yang paling efektif ke pemerintah kita yang oh-so-unyu-dan-bebal hasilnya NOL. jrengg, Mereka ga punya jawaban sodara-sodara. 

Ya iyalah, sekarang coba ya kita nalar, di ilmu pengetahuan kita kenal ada banyak jalan untuk menyuarakan aspirasi kita. Ya bentuknya bisa dengan tulis, suara, aksi atau pura-pura mati (aksi bisu). Nah kenapa aku ga setuju banget kalau ada yang bilang turun ke jalan itu udah ga efektif adalah karena itu terbukti bekerja. Kayaknya ga perlu dibeberin berapa banyak contoh aksi turun ke jalan yang sukses menggulingkan suatu rezim sejak dulu bahkan hingga sekarang. Ga sedikit juga aksi solidaritas yang membuat orang kecil yang gak salah batal dihukum berat misalnya, search aja contoh-contoh demo yang berhasil, ada banyak. Nah terus kalau ditanya setuju gak sih sama bentuk demo yang anarkis? itu guna ga sih? efektif enggak? kok mereka keliatan kayak kuda lumping bakar-bakar dan makan-makan beling *becanda*..jawabannya adalah jauhhh di dasar hati paling dalam saya setuju. 

Kalau melihat aksi anarkisme biasanya yang terlintas di otak kita pasti apa untungnya sih bakar-bakar, segel-segel, dobrak-dobrak. Ga salah kita mikir begitu, tapi saat kita berpikir begitu diragukan juga jangan-jangan kita termasuk orang-orang yang berpikiran dangkal. Kita hanya melihat sebuah aksi dari kulitnya semata. Kita biasanya akan lupa untuk melakukan analisa mengapa mereka menjadi anarkis. Aku pribadi percaya, selain IQ yang jongkok di kasus-kasus demo tertentu, ada alasan lain kenapa mahasiswa lantas melakukan anarkisme dalam aksinya. Kalau kata pepatah-pepatah alay, 'air mata adalah senjata terakhir perempuan untuk mengungkapkan isi hatinya' nah itu juga yang ada dalam pikiran mahasiswa, SENJATA TERAKHIR...the last strategy. Berhubung ga mungkin unyu banget buat nangis-nangis ke pemerintas buat jangan naikin BBM, maka alih-alih pakai air mata, mereka pakai otot. Terus berhasil? enggak!! udah pakai otot capek-capek, tetap mahasiswa dianggap anj*ng yang bergogong untuk seenaknya dilalui sang kafilah. Tetap ga di dengar. Penyaluran aspirasi pun tersumbat. Mahasiswa hopeless, ngerasa sia-sia aksi damai kalau pemerintahnya bebal. Bakar-bakar dan segel-segel lah mereka.

RUGI??

Kalau ada pemikiran anarkisme itu merugikan, kita mungkin salah. Kenapa? karena meminjam kata-kata temenku kalau harga yang dibayar untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan akibat anarkisme massa GAK AKAN PERNAH sebanding dengan kerugian yang diakibatkan kalau mahasiswa cuek dan pemerintah semena-mena berkepanjangan terhadap masyarakatnya. Istilahnya, ada pendemo yang siap obrak-abrik negara aja pemerintah ga takut buat korup apalagi enggak. gitu lho..masak mau berharap sama pulisi atau KPK yang impoten muluk?

Memang bener, ga semua tuntutan dalam demo harus didengar, tapi untuk BBM kali ini, CMIIW, apa pemerintah udah nunjukin itikad baiknya minimal untuk misalnya menenangkan kepanikan masyarakat, memberi penjelasan, dan sebagainya dan sebagainya...bukan malah curhat dan operasi kantong mata biar makin besar. itu juga kalau dipandang dari segi paling netral, katakanlah BBM tetap harus naik walau badai menghadang *ADA BAND* 

Belum lagi kalau kita dapet info lebih banyak lagi, kayak analisanya Kwik kalau pemerintah berbohong tentang kerugian pertamina dan bahwa seharusnya harga minyak kita ga seharusnya disamakan dengan harga dunia. Belum lagi kalau baca perintah AS dalam perjanjian G20 yang mewajibkan negaranya untuk HAPUS subsidi. Gemes gak? kalau aku sih gemes banget...? terus mau gimana ya? ada saran? masak harus nangis dan pasrah (senjata terakhir) --'

nb: analisa tentang ketidaklayakan BBM dinaikkan bisa ditanya ke mbah huhel yang lebih mahfum ya. Aku cuma marah-marah ga penting aja, maaf sekali lagi..#kiss


2 komentar:

  1. ya nop, aku setuju.
    apapun ceritanya, mahasiswa harus bersuara.

    BalasHapus
  2. makasih kal..kenapa juga harus diam selagi masih bisa 'bersuara'.Toh diam ga selamanya emas..heheh #toss

    BalasHapus